Total Tayangan Halaman

Minggu, 24 Oktober 2010

Pembenihan Ikan Mas Koki (Carassius auratus)


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
          Bisnis ikan hias memang mampu memberikan jaminan keuntungan yang lebih dari cukup bagi petani pengelolanya. Selain harganya yang relatif tinggi siklus pemijahannyapun relatif lebih pendek. Hal ini tidak terlepas dari pengelolaan dan penanganan yang baik pula.
Saat ini, ekspor ikan hias dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang signifikan. Apabila dilihat dari volume ekspor pada tahun 1998 yang hanya berjumlah 192 ton dan pada tahun 2002 berjumlah 3.513 ton yang berarti kenaikan pertahun rata-rata sekitar 343,6 % ( Dirjen Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan 2003 ).
         Meningkatnya pemasaran komoditas ikan hias tidak lain karena banyak yang menggemari usaha memelihara ikan hias di akuarium untuk menghiasi ruangan rumah. Melalui jenis, warna, ukuran dan bentuk tubuhnya, ikan hias ini memegang peranan yang penting untuk menambah kesejukan, keindahan, dan kesegaran lingkungan.
      Banyak masyarakat beranggapan bahwa memelihara ikan hias sangat baik bagi kesehatan. Sebagian besar mereka beranggapan bahwa bentuk, warna, sifat, dan gerak-gerik tubuh ikan hias ketika berenang dikolam atau dalam akuarium yang didekorasi dengan apik dapat menentramkan hati, menyembuhkan tekanan
darah tinggi maupun stress yang disebabkan karena berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari.


II. DESKRIPSI IKAN MAS KOKI

2.1 Klasifikasi
          Sistematika ikan mas Koki adalah :
Kelas         : Osteichthyes
Sub Kelas : Teleostei
Ordo          : Cypriniformes
Sub ordo   : Cyprinoidea
Famili        : Cyprinidae
Genus        : Carassius
Spesies     : Carassius auratus

2.2 Morfologi Ikan Mas Koki
          Mas Koki memiliki tubuh gendut pendek, punggung agak bongkok, sirip yang lengkap seperti sirip punggung, sirip dada, sirip perut, dan sirip ekor. Bentuk badan mas Koki biasanya pendek dan gempal yang menjadi salah satu ciri khas tersendiri. Dibawah ini adalah ciri-ciri calon induk mas Koki yang siap dijadikan induk:
1. Umur calon induk minimal 8 bulan, tetapi yang lebih baik berumur 1 tahun.
2. Sehat dan tidak mengalami stress.
3. Tubuhnya tidak ada luka.
4. Tidak sedang terserang penyakit atau parasit.
5. Tubuhnya normal dan tidak cacat.

2.3 Habitat dan Penyebarannya
         Habitat Ikan Koki adalah air yang tergenang, aliran airnya lambat, dangkal , bersih dan biasanya berada didaerah sungai atau danau. Mas Koki dapat bertahan hidup pada air ber pH 6-7 dengan suhu 27-300 C, kandungan oksigen terlarut ≥ 5 ppm.

2.4 Jenis-Jenis Koki
         Saat ini varietas koki menyusut, dari ratusan menjadi lima belas saja yang dikenal dan digemari orang. Jenis-jenis itu sebagai berikut.
a. Lion Head (Kepala Singa)
       Koki jenis ini paling digandrungi hobiis dan harganya relative tinggi, tentu saja yang kualitasnya memenuhi standar kontes. Koki ini memiliki tubuh gendut dan pendek. Keindahan dan keunikannya terletak pada kepalanya yang berjambul mirip kepala singa (lion head). Selain itu, ciri khas lainnya adalah punggungnya yang bengkok dan tak bersirip. Sirip dada, perut dan ekor umumnya pendek. Hanya varian lion head slayer yang memiliki sirip ekor panjang menjuntai mirip selendang dengan warna kuning keemasan.
b. Pearl Scale (Sisik Mutiara)
        Selain lion head, pearl scale (terutama yang berjambul) juga banyak dicari orang. Sisik mutiara memeang mempunyai dua jenis, yakni yang berjambul (mutiara jambul) dan tidak berjambul (mutiara pingpong atau tikus). Koki ini memiliki sisik benjol-benjol seperti mutiara (pearl), yang umumnya berwarna putih kemerahan hingga kuning emas dengan warna dasar merah atau jingga. Sebenarnya, banyak sekali ragam warnanya, tetapi yang paling langka adalah yang berwarna hitam polos.
c. Tosa (Si Ekor Rumbai)
       Tosa paling mudah dijumpai di pasaran dan dikalangan pembudidaya. Strain ini sering juga disebut kokitosa. Bentuk tubuhnya membundar dengan ciri khas sirip punggung, sirip perut, dan sirip ekornya relative panjang. Bahkan jika pemeliharaan dan pertumbuhannya baik, sirip ekor ikan ini bisa melebihi panjang tubuhnya. Ketika berenang, ekornya yang panjang akan melambai-lambai mengikuti arus air.
d. Pencer (Oranda)
        Koki ini sekilas mirip dengan lion head. Jambul di kepalanya berwarna merah hingga jingga. Diduga lion head merupakan perkembangan dari oranda. Yang membedakan kedua jenis ini adalah adanya sirip punggung pad oranda. Sirip dada dan sirip ekornya juga lebih panjang daripada sirip yang dimiliki lion head. Warna tubuh oranda bermacam-macam. Bentuk tubuhnya pendek dan gemuk agak membulat, berkombinasi dengan sirip-sirip yang panjang melambai-lambai.
e. Calico (Kaliko)
       Ciri utama kaliko adalah kombinasi warna yang beraneka ragam. Dari jenis koki, kaliko adalah yang paling kaya akan warna. Uumnya, kombinasi warna tersebut merupakan perpaduan antara warna hitam, putih, jingga, biru, dan merah. Warna-warna terebut berpadu secara acak dan tidak beraturan. Semakin lengkap dan serasi perpaduan warnanya, harganya juga akan semakin mahal.
f. Bubble Eye (Mata Balon)
        Koki ini mempunyai keunikan berupa gelembung mirip balon yang menggantung dibawah matanya. Gelembung ini akan bergoyang-goyang ketika koki berenang. Bentuk fisik hamper sama denga koki lainnya, tubuhnya montok dengan sirip ekor mekar bercabang empat.
g. Sukiyu (Pompon)
       Secara umum, bentuk koki ini sama dengan jenis lion head. Ciri yang membedakannya adalah pada koki pompon terdapat jaringan seperti lumut dihidungnya, menyerupai kumis. Warna koki pompon masih sama dengan yang lain yaitu merah, putih, dan kaliko.
h. Fan Tail (Si Ekor Kipas)
       Bentuk tubuh dan kepalanya memiliki kesamaan dengan koki tosa. Hanya, sirip punggung dan ekornya lebih pendek. Sirip ekornya ini menyerupai kipas sehingga disebut koki ekor kipas (Fan Tail).
i. Tosakin
        Jenis ini juga hamper menyerupai koki tosa. Keistimewaannya adalah warna ekornya yang meriah menyerupai ekor burung merak.


III. PEMIJAHAN IKAN MAS KOKI

3.1 Perawatan Calon Induk
          Bakalan induk yang terpilih sebaiknya dipisahkan berdasarkan jenis kelaminnya. Indukan koki akan siap dipijahkan setelah berumur 6-7 bulan. Selam dipisahkan, bakalan induk tersebut harus dirawat secara benar agar mendpatkan induk yang bagus. Pada dasarnya, merawat bakalan tidak jauh berbeda dengan merawat koki atau ikan hias pada umunya.
        Sebelum melakukan perawatan bakalan induk, pembudidaya haru menyiapkan kolam pemisahan bakalan induk yang berukuran 4 x 6 m. kolam ini sebaiknya pernah dipakai dan berlumut, tetapi sebelumnya lumutnya harus dibersihkan dan dikurangi terebih dahulu. Setelah itu kolam dikeringkan dan di jemur pada panas matahari kuarang lebih selama 2-3 hari. pengeringan ini bertujuan untuk mematikan bibit penyakit yang dapat menyerang koki selama perawatan.
       Selanjutnya, air dimasukkan kedalamya. Ketinggian air dikolam ini cukup 20-30 cm. sebaiknya air yang digunakan adalah air sumur yang sudah diendapkan selama 24 jam agar pH dan suhunya normal. Koki sebaiknya dimasukkan kedalam kolam saat suhu air rendah, yaitu pada pagi atau sore hari. Tujuanya untuk mengurangi stress pada koki saat dipindahkan. Kenaikan atau penurunan suhu yang perlahan pada pagi atau sore hari akan memudahkan koki beradaptasi. Bakalan induk yang bisa dimasukkan kedalamnya sebanyak 50 ekor.
       Jika bakalan induk adalah hasil dari kolam sendiri, pemindahannya dapat dilakukan dengan menggunakan ember plastik. Caranya,masukkan ember kedala kolam sampai bibirnya tenggelam, biarkan koki berenang keluar dengan sendirinya. Jika bakalan induk diperoleh dengan membeli dari orang lain, pemindahannya dilakukan dengan melakukan adaptasi terlebih dahulu. Caranya, masukkan kantong plastik yang berisi koki kedalam kolam, biarkan selama 30 menit. Setelah 30 menit, suhu air didalam kantong plastik akan sama dengan suhu air di kolam. Kemudian, pengikat kantong plastic dapat dilepaskan dan dibiarkan koki keluar dengan lingkungan barunya. Selama melakukan perawatan, yang harus diperhatikan adalah pemberian pakan, pergantian air, penyortiran dan pencegahan timbulnya penyakit pada koki.

3.2 Pemberian Pakan
         Setelah dilepaskan ke kolam yang baru, koki jangan langsung diberi makan. Biarkan koki tersebut mengenal lingkungan barunya terlebih dahulu. Frekuensi pemberian pakan yang ideal adalah dua kali sehari, yaitu pada pukul 10.00 pagi dan pukul 15.00 sore. Frekuensi ini di anggap ideal karena koki adalah jenis ikan yang mencari makan pada siang hari dan pada jam-jam tersebut kandungan oksigen di air sedang tinggi sehingga memacu nafsu makan koki.

3.3 Penggantian Air
        Penggantian air sebaiknya dilakukan satu minggu sekali dengan tetap memantau kondisi air. Jika suhu dan pH air mengalami perubahan atau air sudah tampak keruh, pergantian air harus dilakukan sebelum satu minggu. Pergantian air kolam yang terlalu sering tidak bagus untuk bakalan induk koki karena dapat melunturkan warnanya dan akan memaksa koki untuk terus beradaptasi dengan air yang baru. Namun, jika pergantian jarang dilakukan, bibit penyakit mudah muncul.

3.4 Penyortiran
         Tindakan penyortiran dimaksudkan untuk memilih bakalan yang unggul sekaligus untuk melakukan penjarangan. Setelah satu bulan dipelihara bakalan induk koki akan mengalami pertumbuhan yang amat pesat, sehingga populasinya harus dikurangi. Tindakan penyortiran dilakukan minimal setiap bulan hingga koki berumur enam bulan dan koki siap di pijahkan.

3.5 Persiapan Kolam Pemijahan
           Kolam pemijahan berukuran 1 x 4 m. fungsinya untuk mempertemukan induk jantan dan betina yang telah siap kawin. Sebelum melakukan proses pemijahan, terlebih dahulu kolam dibersihkan dari kotoran dan lumut. Kolam dikeringkan dan dijemur di panas matahari kurang lebih 2-3 hari untuk mematikan bibit penyakit yang tertinggal didalamnya. Selain itu, penjemuran akan membuat air terasa segar dan hangat ketika dimasukkan kedalam kolam.
          Air dimasukkan kedalam kolam hingga ketinggian kurang lebih 20-25 cm. pada ketinggian ini seluruh air kolam akan mendapatkan sinar matahari yang cukup sehingga suhu air tetap hangat. Setelah itu, kedalam kolam perlu dimasukkan tanaman air sebagai substrat pelekatan telur koki.

3.6 Persiapan Calon Induk
          Setelah koki berumur 6-7 bulan, pemijahan mulai dapat dilakukan. Sebelu memijahkan koki, perhatikan cirri-ciri bakalan induk jantan dan betina. Ciri-ciri jantan yang siap memijah adalah sudah saling mengejar dan menggangu koki lainnya. Ciri lainnya adalah keluarnya cairan mani berwarna putih seperti santan atau susu dari lubang pengeluarannya. Cairan ini akan keluar jika perut koki sedikit ditekan kearah lubang pengeluaran. Keluarnya cairan ini merupakan pertanda bahwa sel kelamin koki telah matang sehingga sipa dipijahkan.
          Ciri koki betina yang siap memijah adalah perutnya teras empuk dan lembek saat diraba. Jika perutnya terasa keras, berarti telur koki belum matang. Ciri lainnya, perut koki akan tampak membesar, lubang kelamin membengkak dan berwarna kemerahan, serta telur mudah keluar jika perut koki sedikit ditekan.
         Seleksi induk, beberapa pertimbangan yang dipakai untuk melakukan seleksi induk adalah bentuk fisik, ukuran berat, umur, tingkat kesehatan, dan kematangan gonad. Sekalipun ikan mas Koki diperairan tropis cenderung cepat matang gonad, namun umur ideal yang layak dan produktif untuk dipijah adalah 1 tahun dan beratnya telah mencapai 100 g/ekor. Induk yang akan dipijahkan harus sehat secara fisik, yaitu tidak terinfeksi oleh penyakit parasit.

3.7 Proses Pemijahan
       Setelah kolam pemijahan siap digunakan dan bakalan induk dipilih, pindahkan bakalan induk kedalam kolam pemijahan. Pemindahan induk ini sebaiknya dilakukan pada sore hari karena pada malam harinya koki jantan akan mengejar-ngejar koki betina sambil sekali-sekali menyentuh bagian belakang betina. Jika kondisi demikian terjadi, itu berarti pemijahan akan terjadi. Pada pagi harinya koki betina akan membalikkan tubuhnya sembil melepaskan telur, sedangkan koki jantan segera akan melepaskan sperma untuk membuahinya. Telur koki bersifat adhesif, yaitu akan menempel dibenda lain yang telah disediakan sebagai substrat pelekatan telur. Telur yang dihasilkan satu pasang induk koki dapat mencapai 1000-2000 butir, bahkan koki tosa dan black moor dapat mencapai hingga 8000 butir. Kedua induk dapat dipijahkan kembali sekitar 20 hari kemudian.

3.8 Penetasan Telur
         Dalam waktu 3-4 hari telur akan menetas menjadi burayak. Penetasan ini tergantung pada suhu air. Semakin hangat air, semakin cepat telur menetas. Telur yang tidak menetas, baik yang menempel disubstrat maupun yang tenggelam didasar kolam, harus segera dibuang. Telur yang tidak menetas ini dapat mengurangi pasokan oksigen didalam air dan membusuk menjadi sarang penyakit.
        Sambil menunggu menetas, telur dapat dirawat seperlunya dengan mengganti air kolam. Penggantian air ini tidak dilakukan secara total, cukup separuh air kolam. Pergantian dilakukan dengan menggunakan selang plastik. Arus yang ditimbulkan oleh penambahan air baru jangan sampai mengenai telur yang menempel disubstrat karena telur akan terlepas dan tidak akan menetas. Sebelum berumur 6 hari burayak idak perlu diberi pakan karena masih mempunyai cadangan pakan dalam kantong kuning telurnya. Setelah itu barulah burayak diberi pakan kutu air.

3.9 Pendederan
       Setelah berumur 2 minggu, benih koki di pindahkan dari kolam pemijahan ke kolam pendederan. Untuk satu kolam pendederan berukuran 4 x 6 m, jumlah populasi yang bisa dimasukkan sebanyak 1000 ekor koki. Dikolam pendederan, benih mulai diberi pakan cacing sutera (tubifex) yang disaring dengan saringan berdiameter 0,5 mm. pemberian cacing sutera ini berguna untuk menggemukkan dan memacu pertumbuhan koki. Stelah berumur 20 hari, sebagian benih koki sudah dapat dijual kepasar untuk dibesarkan oleh pembudidaya lain.


IV HAMA DAN PENYAKIT PADA KOKI

4.1 Hama
       Hama yang sering menyerang koki diantaranya adalah cacing jarum, jamur Saprolegnia sp, kutu ikan, cacing insang, dan cacing kulit.
a. Cacing Jarum
      Cacing jarum (lernea cyprinaceae) adalah parasit yang menyerang koki dengan cara menancapkan kepalanya yang berbentuk jangkar ketubuh koki, sementara tubuhnya berada diluar. Sepintas terlihat seperti jarum yang menancap ditubuh koki. Jika dilihat dengan mikroskop, dibagian ekornya terdapat dua kantong yang berisi telur. Cacing jarum biasanya masuk ke kolam bersama air yang terbawa saat memberikan pakan alami yang berasal dari perairan yang dihuni parasit ini. Perkembangbiakan dan penyebaran cacing ini akan cepat jika perairan kolam kotor dan banyak mengandung sampah organik, seperti sisa-sisa pakan koki yang tidak termakan.
        Pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika koki diserang cacing ini adalah mencabut tubuh cacing yang berada di luar tubuh koki. Pengobatan juga dapat dilakukan dengan cara merendam koki didalam air yang telah dicampur dengan formalin dengan dosis 250 mg : 100 l air bersih selama 10 menit. Perendaman diulang setiap hari selama tiga hari.
b. Jamur Saprolegnia sp
        Jamur saprolegnia sp. mempunyai bentuk seperti benang-benang halus seperti kapas. Jamur ini biasanya menyerang koki yang tubuhnya terluka, misalnya luka bekas gigitan cacing jarum, luka tergores koki lain, dan luka karena penanganan panen. Jamur akan berkembang dengan pesat jika perairan kolam dipenuhi dengan sampah-sampah organik dan suhunya terlalu rendah.
       Tanda-tanda koki yang terserang jamur ini adalah ditubuhnya terdapat benang-benang halus seperti kapas, tubuhnya mejadi kurus, tidak mau makan, dan banyak diam di permukaan atau dasar kolam. Untuk pengobatan, koki dapat direndam dalam larutan malachite green dengan dosis 2 mg/l air bersih selam 30 menit. Pengobatan diulangi setiap hari selam 3 hari.
c. Kutu Air
        Kutu air ini berada dengan kutu air untuk pakan. Kutu air ini adalah sejenis parasit yang mempunyai nama ilmiah Argulus sp. parasit ini berbentuk bulat pipih mirip kutu dengan ukuran 3-5 mm sehingga dapat dilihat dengan jelas oleh mata manusia. Bagian tubuh yang sering diserang parasit ini adalah insang, kulit, dan sirip koki.
        Tanda-tanda koki yang terserang penyakit ini adalah munculnya bercak-bercak merah ditubhnya serta nafsu makannya menurun sehingga tubuhnya menjadi kurus dan malas bergerak.
        Pengobatan dapat dilakukan dengan mencelupkan koki kedalam larutan garam (NaCl) yang tidak beryodium 20 g/l air bersih selama 5 menit. Pemberantasan kutu ikan dapat dilakukan dengan mengeringkan kolam pemeliharaan dan menaburkan kapur agar telur dan parasit dewasa mati.
d. Cacing Incang Dan Cacing Kulit
        Kedua jenis hama yang berbentuk parasit ini menyerang koki ditempat yang berbeda, tetapi biasanya menyerang secara bersama-sama. Koki yang terserang parasit ini dalam taraf akut sebaiknya segera diambil dan dibinasakan. Koki yang masih menampakan gejala belum parah dapat diobati dengan merendamnya kedalam larutan formalin 0,025 cc/l air bersih selama 1 jam. Pengobatan ini diulang setiap hari selama tiga hari. tindakan pemberantasan yang dapat dilakukan adalah mengeringkan kolam dan menaburkan kapur kedalamnya.

4.2 Penyakit
a. White Spot
         Penyakit ini terkenal dengan sebutan penyakit bintik putih karena dipermukaan tubuh koki yang terserang tampak bertotol-totol putih. Penyebab penyakit ini adalah sejenis protozoa yang bernama Ichtyophtirius multiflis.
         Gejala yang diamati jika koki terserang penyakit ini adalah sering menggesek-gesekan badannya ke dinding dan dasar kolam, malas makan, dan setelah beberapa hari akan muncul bercak-bercak putih seperti tepung ditutup insang, sirip, dan badan koki.
Pengobatan dilakukan saat protozoa penyebab melepaskan diri dari tubuh koki setelah menempel 8 hari. sebelum hari kedelapan, koki yang terserang diobati dengan cara merendamnya ke dalam Methylene blue yang telah diencerkan. Dosis 4 ml/ 4 l air bersih dan rendam koki yang sakit selam 24 jam. Ulang langkah ini sebanyak 3-5 kali setiap dua hari sekali.
b. Dropsy
          Penyebab penyakit ini adalah bakteri pathogen yang bernama Aeromonas sp. bakteri ini menyerang kulit koki dan mengakibatkan kulit menjadi kesat dan berwarna gelap karena kehilangan banyak lendir. Gejala yang tampak adalah perut koki tampak membengkak dan sisik diseluruh tubuhnya menonjol keluar. Penyakit ini dapat menyerang koki bakalan ataupun dewasa.
        Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan kalium permanganate (KmNO4) atau PK yang telah dilarutkan didalam air bersih dengan dosis 1 gr PK/ 90 cc air bersih. Rendamkanlah koki yang sakit kedalam larutan obat selama 30 menit lakukan setiap hari secara berturut-turut selama 5 hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar