Total Tayangan Halaman

Senin, 25 Oktober 2010

Pembenihan Ikan Botia (Botia macracanthus Bleeker)

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Ikan Botia (Botia macracanthus Bleeker) / Clown loach merupakan spesies ikan hias air tawar asli Indonesia yang banyak ditemuan di perairan umum di Sumatra dan Kalimantan, memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas potensial untuk ekspor ke mancanegara terutama Asia , Amerika Serikat dan beberapa Negara Uni Eropa.Ikan ini diketahui pertama kali di ekspor keluar negeri pada tahun 1935.

            Kendala yang dihadapi saat ini yaitu ketersedian benih karena masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam. Hasil tangkapan setiap tahunya berfluktuasi,tergantung pada musim dan cenderung menurun.Hal ini karena botia belum dapat di tangkarkan dan produksinya masih mengandalkan tangkapan dari alam.Oleh karena itu diperlukan teknologi pembenihan sebagai upaya perlindungan dan pengelolaan plasma nutfah ikan asli Indonesia.

            Selain itu,ada peraturan pemerintah untuk menjaga kelestarianya sehingga ada larangan untuk menangkap atau memperdagangkan botia berukuran lebih dari 15 cm.Bila tidak diimbangi dengan usaha pengembangbiakannya,pengambilan botia dari alam yang dilakukan secara terus-menerus dapat merusak populasi ikan hias ini

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Botia (Botia macracanthus Bleeker)

2.1.1 Klasifikasi Ikan Botia (Botia macracanthus Bleeker)

Klasifikasi ikan botia yaitu Fillum : Chordate; Kelas : Osteichthyes; Subkelas : Actinopterygii; Ordo : Teleostei; Subordo : Cyprinoidea; Famili : Cobitidae; Genus : Botia; Spesies : Botia macracanthus Bleeker

2.1. 2 Morfologi

            Bentuk tubuh ikan botia adalah agak bulat memanjang dan agak pipih ke samping, kepala agak meruncing pipih kearah mulut (seperti torpedo). Badan tidak bersisik,mulut agak kebawah dengan 4 pasang sungut diatasnya patil / duri dibawah mata yang akan keluar apabila marasa ada bahaya. Sirip dada dan sirip perut / anal berpasangan, sirip punggung tunggal dan sirip ekor bercagak agak dalam.

            Warna ikan kuning cerah dengan 3 garis lebar atau pita hitam lebar. Pita pertama melingkari kepala melewati mata, yang kedua dibagian depan sirip punggung dan yang ketiga memotong sirip punggung bagian belakang sampai ke pangkal ekor. Sirip berwarna merah oranye kecuali sirip punggung yang terpotong garis hitam.

2.2 Penyebaran

            Penyebaran ikan botia sangat luas yaitu di sungai-sungai Sumatera bagian Selatan dan Kalimantan. Hidup dalam kelompok mulai dari hulu sampai ke muara. Daerah penangkapan ikan ini adalah diperairan yang tenang yaitu rawa-rawa dan sungai bagian hilir. Anak- anak botia umumnya ditangkap di “nursery ground” yaitu ditempat air pasang sampai ke hilir sungai. Penangkapan dengan bubu dari bamboo dipasang di mulut sungai ke rawa-rawa.

2.3 Habitat

            Daerah sungai dengan kondisi air ber pH yang agak asam antara 5,0 - 7,0 , suhu 24 -300C merupakan habitat ikan botia.Perairan jernih dengan batu-batuan dasar merupakan tempat botia tinggal. Dari survey yang dilakukan di daerah Sumatera Selatan (sungai Musi) diketahui anak-anak botia hidup di daerah yang berarus lemah, dasar lumpur dan keruh dengan kedalaman 5-10  m. Sementara induknya berada di daerah dengan arus kuat (hulu) yang jernih dan kasar berpasir dan bebatuan maximum kedalaman adalah sekitar 2 m. Ikan botia hidup di dasar perairan (termasuk ikan dasar), yang aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal). Termasuk ikan yang pemalu sehingga lindungan atau sembunyian dalam pemeliharaan amat diperlukan.

2.4 Kebiasaan makan

            Termasuk ikan omnivora atau makan apa saja walaupun pakan hidup lebih disukai. Sebagai ikan dasar maka pakannya adalah organism dasar perairan seperti cacing baik cacing rambut (Tubifex sp.) atau larva insekta dasar seperti cacing darah (Chironomus sp.), Penelitian yang mengamati di alam pada lambung botia juga ditemukan udang-udang kecil.

2.5 Reproduksi

            Belum diketahui bagaimana ikan botia berkembang biak di alam. Hanya saja anak-anak ikan ini banyak ditangkap pada musim hujan yaitu bulan oktober sampai januari,yang mengindikasikan saat itu adalah saat botia memijah. Sementara pada musim kemarau tidak ada anak botia di alam. Pemijahan yang dilakukan di lingkungan budidaya adalah degan teknologi stimulasi hormone untuk merangsang pemijahan dan pembuahan yang dilakukan dengan cara buatan.

2.6 Pemilihan induk

            Hingga saat ini, induk botia masih didatangkan dari alam atau harus dibeli di tempat penangkapan. Induk kemudian dipelihara dalam tempat pemeliharaan yang tertutup atau wadah pemeliharaannya dilengkapi tutup agar sinar tidak banyak masuk. Adaptasi untuk matang gonad ikan ini agak lama sekitar 8-10 bulan. Induk yang matang gonad ditandai dengan gendutnya induk betina. Cara kanulasi merupakan cara yang paling efektif untuk menentukan kematangan gonad. Apabila ukuran telur sudah mencapai 1,1-1,2 mm ikan dapat dipijahkan. Untuk induk jantan dapat dilakukan pengurutan dan bila sudah dapat keluar sperma yaitu cairan putih susu berarti dia matang.

2.7          Teknik Pemijahan

2.7.1 Persiapan Wadah dan Alat

         Pemijahan ikan botia dilakukan secara buatan.Wadah yang digunakan untk menampung telur dan sperma adalah menggunakan wadah yang licin dan bebas air seperti mangkok dan petri untuk menghindari terjadinya kerusakan pada telur dan untuk mempermudah dalam peroses pembuahan. Persiapan yang lain adalah spuit 1,0 ml yang sudah diambil jarumya untuk menyedot sperma yang keluar. Larutan garam fisiologis atau NaCl 0,9 % juga dipersiapkan untuk mengencerkan sperma dan untuk mempertahankan sperma. Selain itu juga untuk mempertahankan sperma disiapkan juga cool box yang diisi es untuk penyimpanan sperma sementara.

2.7.2 Seleksi Induk Matang Gonad

            Seleksi induk matang gonad untuk pemijahan dapat dilakukan denga memilih induk yang telah benar-benar siap untuk dipijahkan. Untuk menghindari keracunan maka sebelum induk diseleksi akan lebih baik bila tidak diberi pakan paling kurang 12 jam. Ada 2 tahapan yang perlu dikerjakan untuk memilih induk betina matang gonad.

            Pertama,dengan cara visual dan rabaan. Induk yang tampak gedut perutya dan diraba lembut tidak keras umumya merupakan induk yang siap pijah. Induk-induk yang terlihat demikian dapat dipisahkan ketempat yang disediakan untuk peroses pemijahan lebih lanjut. Cara rabaan ini sangat kasar dan tidak dapat diandalkan ketempatnya,karenanya tahap pemeriksaan kedua harus dilakuan.

            Kedua,dengan cara kanulasi atau katerisasi,yaitu mengambil contoh telur dengan kanulasi atau kateter. Kateter bayi no:6 FR cukup lentur dan sesuai untuk ikan botia, Selain telur botia dapat masuk kedalam selang kateter mudah pula untuk memasukannya kedalam lubang genitalnya. Untuk keperluan kanulasi atau kateterisasi induk dapat dibius dulu agar tenang dengan phenoxy ethanol sebanyak 0,3 mL/L. Apabila induk botia sudah diam atau pingsan maka ujung kateter dapat dimasukan kelubang genital induk sedalam 5-7 cm, sementara ujung yang lain dapat disedot dengan mulut hati-hati atau pelan-pelan. Telur akan masuk kedalam selang kateter.

            Warna,ukuran dan stadium dari telur dapat diperiksa. Warna abu-abu agak kehijauan menandakan telur sudah mulai matang. Ukuran telur dapat diperiksa dibawah mikroskop binokuler,dengan menambahkan larutan garam fisiologis (larutan NaCl 0,9 %) dalam cawan petri. Telur yang sudah matang akan berukuran diameter antara 1,2-1,4 mm dan sudah homogen. Stadium telur diperiksa untuk melihat kedudukan intinya, dan akan dapat dilihat dengan mikroskop binokuler juga. Untuk keperluan ini digunakan larutan serra yang dapat dibuat dari campura antara asam asetat,formalin 40% dan etanol 70% dengan perbandingan 1:1:1(Rothbard,1997) atau etanol 60%,formalin 30% dan asam asetat 10%(slembrouck et al,2003). Kedua formalin dapat digunakan dan hasilnya sama-sama bagus,hanya mungkin dalam waktu yang pertama lebih cepat dari yang kedua dalam melunturkan kuning telur(yolk). Larutan Serra dapat melisiskan atau melunturkan isi telur sehingga isi telur yang lisis paling akhir akan kelihatan letaknya. Oleh karena itu untuk melihat telur dalam larutan  serra ini harus cepat. Biasanya begitu telur masuk ditunggu 2-5 menit inti telur akan terlihat jelas,lebih dari waktu itu misal 10 menit maka inti telur akan lisis juga sehingga sudah tidak dapat dilihat lagi stadium telurnya. Pada telur yang sudah matang inti telur letaknya sudah kepinggir. Pada telur yang sudah siap ovulasi maka inti sudah amat kepinggir dan pecah (dekomposisi)yang disebut stadium Germinal Vesicle Break Down (SVBD). Untuk induk jantan dapat dilihat dengan pengurutan dan bila sudah dapat keluar sperma yaitu cairan putih susu berarti dia matang.

2.7.3 Ciri Induk yang Matang Gonad

      Ciri induk yang matang gonad sebagai berikut :   

1.    Betina

·         Bobot induk > 80 gram

·         Perut gendut

·         Apabila dilakukan pengambilan sample telur dengan cara kanulasi/kateterisasi,telur berwarna abu-abu

2.    Jantan

·         Bobot induk > 40 gram

·         Perut langsing

·         Apabila dilakukan pengurutan pada bagian perut akan keluar cairan putih yaitu sperma.

2.7.4 Teknik Rangsangan Pemijahan

            Untuk merangsang ovulasi atau spermiasi pada induk yang telah matang gonad dilakukan dengan cara stimulasi yaitu suntikan dengan hormon gonadotropin. Induk yang telah matang gonad dari pemeriksaan. Dapat diperlakukan dengan stimulasi ini.

            Hormon yang digunakan adalah “ovaprim” yang merupakan produk dari Syndel Kanada yang berisi hormon GnRH dan domperidon yang banyak dijual di toko perikanan. Kadar yang digunakan dalam penyuntikan ini adalah untuk induk betina 1,0 mL/kg berat induk. Induk betina disutik dua kali yaitu yang pertama adalah 0,4 ml/kg (jam 16.00 – 17.00) dan suntikan kedua adalah sisa kadar dengan interval 6 jam. Induk jantan disuntik bersamaan dengan suntikan pertama induk betina.

            Cara penyuntikan dengan spuit kecil ( 1,0 ml ) tetapi jarum digunakan yang agak besar (jarum  dari spuit 2,5 ml ) agar biasa masuk lebih dalam kedaging sehingga hormon dapat benar-benar masuk dan tidak ada hormon yang ikut  keluar saat jarum ditarik. Tempat suntikan dibawah sirip punggung kira-kira 1 cm. Arah jarum adalah 300 ke arah kepala.agar ikan tidak berontak maka penggunaan bius seperti saat kanulasi dapat dilakukan. Sesudah disuntik ikan dapat dimasukkan kembali ke tempat pemeliharaan (akuarium atau bak). Stripping pada induk jantan dilakukan bila induk sudah tampak gelisah dan berenang dengan mengibas-ngibaskan ekor.

2.7.5 Stripping

Tahapan stripping pada induk jantan adalah sebagai berikut.

1. Setelah induk jantan ditangkap,lap tubuhnya hingga kering agar sperma yang diambil tidak bercampur air,kemudian bius menggunakan MS22 atau phenoxy ethanol 0,3 ml/l air.

2. Sedot sperma menggunakan spuit berisi garam fisiologis, kemudian tamping ke dalam wadah berupa mangkuk kecil.

3. Encerkan sperma dengan menambahkan larutan garam fisiologis (perbandingan 1 :3 hingga 1:

4.   Simpan dalam suhu dingin seperti kulkas atau ice box. Sperma ini dapat tahan sampai 4-6 jam.

Sementara stripping induk betina dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Seperti halnya pada induk jantan,sebelum stripping dilakukan induk betina harus dalam kondisi kering untuk selanjutnya dilakukan pembiusan.

2. Setelah dibius, lakukan pengurutan hingga telur keluar.Tampung telur dalam wadah berupa mangkuk atau piring yang permukaannya halus.

3. Bila ketika diurut masih terasa berat, tunggu sejenak hingga terasa ringan kembali.

4. Lakukan pengurutan sedikit demi sedikit hingga telur habis


Pembuahan atau fertilisasi ikan botia dilakukan dengan cara artificial atau buatan yaitu mencampur telur dengan sperma. Telur yang sudah dikoleksi dalam wadah disemprotkan atau dicampurkan dengan sperma yang sudah diencerkan. Tambahkan air atau air mineral perlahan-lahan secukupnya sambil digoyang-goyangkan dengan merata selama sekitar 1(satu) menit. Pada telur yang cukup banyak jumlahnya maka dapat digunakan kuas halus atau bulu ayam untuk mencampur atau mengaduk telur dan sperma agar merata. Setelah itu cuci dengan air lagi beberapa kali sampai kelihatan airnya bersih. Telur siap ditetaskan atau diinkubasikan.

2.7.6 Penetasan

            Penetasan telur dilakukan di dalam fiberglass berbentuk corong dengan aliran air (sirkulasi) dari air sumur yang sudah “tua”(diaerasi minimal 48 jam) atau air minirel (drinking water). Telur akan menetas selama 15-26 jam pada suhu 26-270C.

2.7.7 Pemeliharaan

            Ikan botia daya tetasnya masih rendah  baru sekitar 40%.Hal ini karena umumnya induk botia susah beradaptasi. Namun demikian,bila dirawat dengan baik,peluang hidup larva bias mencapai 80-90%.Larva yang menetas akan lebih baik dipelihara dalam corong sampai 4 hari yaitu sampai makan artemia. Baru sesudah itu larva dapat dipindahkan ke tempat pemeliharaan larva seperti akuarium atau bak. Pakan larva botia adalah pakan alami. Mulut botia akan membuka pada hari ke-4. Ukuran bukaan mulut sudah sekitar 0,2 – 0,3 mm sehingga nauplii Artemia tetasan 24 – 36 jam yang berukuran 0,1 – 0,15 mm sudah dapat ditelan.

2.7.8 Pemanenan

            Larva pada hari ke-4 kuning telur mulai mengecil kira-kira tinggal seperempatnya dan mulut serta anus mulai membuka. Larva mulai dapat memangsa makanan. Bukaan mulut  larva botia cukup besar sehingga nauplii Artemia tetasan 24 – 36 jam sudah tertelan. Hari ke-5 larva sudah dapat makan dengan baik dan hari ke-6 kuning telur sudah habis sama sekali.

            Sirip-sirip mulai tumbuh dan semua anggota badan lengkap pada hari ke-13 (Legendre et al., 2005).Benih ukuran 2,5 cm (1 inchi ) akan dicapai dalam waktu 30 hari pemeliharaan. Pakan benih biasa diberikan cacing atau pellet halus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar